|
— Kalimantan Kalimantan Timur — |
|
Lambang |
|
Moto: TEPIAN
(TEduh, raPI, Aman dan Nyaman) |
Lokasi Kota Samarinda di Pulau Kalimantan |
Lokasi Kota Samarinda di Pulau Kalimantan
|
Koordinat: 0°30′7.58″S 117°9′13.34″E / 0.5021056°LS 117.1537056°BT |
Negara |
Indonesia |
Hari jadi |
21 Januari |
Dasar hukum |
UU RI No. 27 Tahun 1959 |
Pemerintahan |
- Wali kota |
H. Syaharie Jaang, SH, M.Si |
- DAU |
Rp. 397.674.573.000,- [1] |
Luas |
- Total |
718 km2 |
Populasi (2010) |
- Total |
726.223 |
- Kepadatan |
1.011/km² |
Demografi |
- Suku bangsa |
Kutai, Banjar, Dayak, Bugis, Jawa, Toraja, Sunda, Minang, Tionghoa |
- Agama |
Islam, Katolik, Protestan, Buddha, Hindu, Kong Hu Cu |
- Bahasa |
Indonesia, Banjar, Kutai[2] |
Zona waktu |
WITA |
Kode telepon |
+62 541 |
SNI 7657:2010 |
SMR |
Kecamatan |
10 |
Bandar udara |
Temindung (lama)
Sungai Siring (sedang dibangun) |
Pelabuhan |
Yos Soedarso dan TPK Palaran |
Fauna resmi |
Pesut Mahakam |
Situs web |
http://www.samarindakota.go.id/ |
Kota Samarinda adalah salah satu
kota sekaligus merupakan
ibu kota provinsi Kalimantan Timur,
Indonesia. Seluruh wilayah kota ini berbatasan langsung dengan
Kabupaten Kutai Kartanegara. Kota Samarinda dapat dicapai dengan perjalanan darat, laut dan udara. Dengan
Sungai Mahakam
yang membelah di tengah Kota Samarinda, yang menjadi "gerbang" menuju
pedalaman Kalimantan Timur. Kota ini memiliki luas wilayah 718 kilometer
persegi
[3] dan berpenduduk 726.223 jiwa (hasil
Sensus Penduduk Indonesia 2010), menjadikan kota ini berpenduduk terbesar di seluruh
Kalimantan.
Sejarah
Samarinda yang dikenal sebagai kota seperti saat ini dulunya adalah salah satu wilayah
Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura.
Di wilayah tersebut belum ada sebuah desa pun berdiri, apalagi kota.
Sampai pertengahan abad ke-17, wilayah Samarinda merupakan lahan
persawahan dan perladangan beberapa penduduk. Lahan persawahan dan
perladangan itu umumnya dipusatkan di sepanjang tepi Sungai Karang Mumus
dan sungai Karang Asam.
Pada tahun
1668, rombongan orang-orang Bugis Wajo yang dipimpin
La Mohang Daeng Mangkona (bergelar
Pua Ado) hijrah dari tanah
Kesultanan Gowa ke
Kesultanan Kutai. Mereka hijrah ke luar pulau hingga ke Kesultanan Kutai karena mereka tidak mau tunduk dan patuh terhadap
Perjanjian Bongaya setelah
Kesultanan Gowa kalah akibat diserang oleh pasukan
Belanda. Kedatangan orang-orang Bugis Wajo dari Kerajaan Gowa itu diterima dengan baik oleh Sultan Kutai.
[4]
Atas kesepakatan dan perjanjian, oleh Raja Kutai rombongan tersebut
diberikan lokasi sekitar kampung melantai, suatu daerah dataran rendah
yang baik untuk usaha pertanian, perikanan dan perdagangan. Sesuai
dengan perjanjian bahwa orang-orang Bugis Wajo harus membantu segala
kepentingan Raja Kutai, terutama di dalam menghadapi musuh.
[4]
Semua rombongan tersebut memilih daerah sekitar
muara Karang Mumus
(daerah Selili seberang) tetapi daerah ini menimbulkan kesulitan di
dalam pelayaran karena daerah yang berarus putar (berulak) dengan banyak
kotoran sungai. Selain itu dengan latar belakang gunung-gunung (Gunung
Selili).
[4]
Sekitar tahun 1668, Sultan yang dipertuan Kerajaan Kutai memerintahkan Pua Ado bersama pengikutnya yang asal tanah
Sulawesi membuka perkampungan di
Tanah Rendah. Pembukaan perkampungan ini dimaksud Sultan Kutai, sebagai daerah pertahanan dari serangan bajak laut asal
Filipina yang sering melakukan perampokan di berbagai daerah pantai wilayah
kerajaan Kutai Kartanegara.
Selain itu, Sultan yang dikenal bijaksana ini memang bermaksud
memberikan tempat bagi masyarakat Bugis yang mencari suaka ke Kutai
akibat peperangan di daerah asal mereka. Perkampungan tersebut oleh
Sultan Kutai diberi nama Sama Rendah. Nama ini tentunya bukan asal
sebut. Sama Rendah dimaksudkan agar semua penduduk, baik asli maupun
pendatang, berderajat sama. Tidak ada perbedaan antara orang
Bugis,
Kutai,
Banjar dan suku lainnya.
Dengan rumah rakit yang berada di atas air, harus sama tinggi antara
rumah satu dengan yang lainnya, melambangkan tidak ada perbedaan derajat
apakah bangsawan atau tidak, semua "sama" derajatnya dengan lokasi yang
berada di sekitar muara sungai yang berulak dan di kiri kanan sungai
daratan atau "rendah". Diperkirakan dari istilah inilah lokasi pemukiman
baru tersebut dinamakan Samarenda atau lama-kelamaan ejaan Samarinda.
Istilah atau nama itu memang sesuai dengan keadaan lahan atau lokasi
yang terdiri atas dataran rendah dan daerah persawahan yang subur.
[4]
Geografi dan administrasi
Batas-batas wilayah
Dengan luas wilayah 718 km², Samarinda terletak di wilayah
khatulistiwa dengan
koordinat di antara 0°21'81"–1°09'16"
LS dan 116°15'16"–117°24'16"
BT.
Kota Samarinda memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:
Iklim
Kota Samarinda beriklim tropis basah, hujan sepanjang tahun.
Temperatur udara antara 20 °C – 34 °C dengan curah hujan rata-rata per
tahun 1980 mm, sedangkan kelembaban udara rata-rata 85%.
Berikut ini adalah tabel kondisi cuaca rata-rata di wilayah kota Samarinda dan sekitarnya.
Cuaca untuk Kota Samarinda dan sekitarnya |
Bulan |
Jan |
Feb |
Mar |
Apr |
Mei |
Jun |
Jul |
Agt |
Sep |
Okt |
Nov |
Des |
Tahun |
Rata-rata tinggi °C (°F) |
30 (86) |
31 (88) |
32 (90) |
33 (91) |
32 (90) |
31 (88) |
30 (86) |
30 (86) |
31 (88) |
33 (91) |
32 (90) |
31 (88) |
30 (86) |
Rata-rata rendah °C (°F) |
24 (75) |
24 (75) |
24 (75) |
24 (75) |
24 (75) |
23 (73) |
24 (75) |
23 (73) |
23 (73) |
23 (73) |
23 (73) |
23 (73) |
23 (73) |
Sumber: [5] 11 Agustus 2010 |
[sunting] Pembagian administratif
Secara administratif, Samarinda dibagi menjadi 10 kecamatan
[6], antara lain:
Pemerintahan
Balai kota, kantor kedinasan wali kota dan wakil wali kota Samarinda.
Gedung DPRD Kota Samarinda.
Secara yuridis Kota Samarinda terbentuk berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1959.
Patokan untuk menetapkan hari jadi kota Samarinda adalah catatan
sejarah ketika orang-orang Bugis Wajo ini bermukim di Samarinda pada
permulaan tahun
1668
atau tepatnya pada bulan Januari 1668. Telah ditetapkan pada peraturan
Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Samarinda Nomor: 1 tahun 1988 tanggal
21 Januari 1988, pasal 1 berbunyi, "Hari Jadi Kota Samarinda ditetapkan pada tanggal
21 Januari 1668
M, bertepatan dengan tanggal 5 Sya'ban 1078 Hijriyah". Penetapan ini
dilaksanakan bertepatan dengan peringatan hari jadi kota Samarinda
ke-320 pada tanggal
21 Januari 1988.
Tanggal
21 Januari 1668 (5
Sya'ban 1070
Hijriyah) adalah hari yang diyakini sebagai awal kedatangan orang-orang
suku Bugis Wajo yang kemudian mendirikan pemukiman di
muara Karang Mumus.
Wali kota
Saat ini wali kota dijabat oleh
Syaharie Jaang yang berpasangan dengan wakil wali kota,
Nusyirwan Ismail, memenangkan
Pilkada Samarinda pada tanggal
12 Oktober 2010 dan dilantik oleh
Gubernur Kalimantan Timur,
Awang Faroek Ishak pada tanggal
23 November 2010 di Gelanggang Olahraga
Stadion Madya Sempaja.
Berikut ini adalah daftar wali kota atau kepala daerah yang pernah menjabat di Samarinda sejak 1960:
Pendidikan
Menurut Data Pokok Pendidikan (Dapodik) pada tahun ajaran 2010/2011 terdapat 125.924 siswa di Samarinda dan 685 sekolahan.
[7] Selain itu terdapat 3 perguruan tinggi negeri dan 24 perguruan tinggi swasta lainnya.
Kesehatan
Kota Samarinda telah memiliki beberapa pusat fasilitas kesehatan yang
cukup lengkap di provinsi Kalimantan Timur. Selain memiliki beberapa
rumah sakit yang juga telah didukung oleh beberapa perguruan tinggi yang berkaitan dengan kesehatan, salah satunya adalah
Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie yang berafiliasi dengan Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman dan
Politeknik Kesehatan Kalimantan Timur.
Guna mendukung pelayanan kesehatan kepada masyarakat tersedia sarana
kesehatan yang disediakan oleh Pemkot Samarinda seperti RSKD Atma Husada
dan RSUD IA Moeis maupun oleh Swasta seperti RS Islam, RS Dirgahayu, RS
H.Darjad, RS Siaga, dan lain-lain.
Pelayanan umum
Untuk melayani kebutuhan air bersih, pemerintah kota melalui PDAM
Samarinda berbenah demi peningkatan pelayanan air bersih kepada
pelanggannya,di antaranya dengan peningkatan kapasitas produksi di
berbagai IPA (Instalasi Pengolahan Air) bersih.
- Instalasi Pengolahan Air (IPA) Cendana dengan debit 300 lt/dt, sumber air sungai Mahakam.
- Instalasi Pengolahan Air (IPA) Tirta Kencana dengan debit 160 lt/dt, sumber air sungai Mahakam.
- Instalasi Pengolahan Air (IPA) Samarinda Seberang dengan debit 100 lt/dt, sumber air sungai Mahakam.
- Instalasi Pengolahan Air (IPA) IKK desa Lempake dengan debit 2,5 lt/dt, sumber air baku waduk Lempake.
- Instalasi Pengolahan Air (IPA) IKK Kecamatan Palaran dengan debit 17,5 lt/dt, sumber air baku sungai Mahakam.[9]
Untuk mengantisipasi kebutuhan energi listrik, di kota ini telah
dibangun beberapa pembangkit listrik, antara PLTD Keledang dan PLTD
Karang Asam yang berafiliasi dengan jaringan listrik Sektor Mahakam.
Namun, pemadaman listrik masih terjadi.
Untuk jaringan telekomunikasi, hampir disetiap kawasan dalam kota ini
telah terjangkau terutama untuk jaringan telepon genggam, dan pada
kawasan tertentu telah tersedia layanan gratis internet tanpa kabel
(Wi-Fi) atau dikenal juga dengan
hotspot yang terdapat pada beberapa perguruan tinggi, pusat perbelanjaan, dan hotel.
Dalam menangani masalah
sampah, pemerintah kota memfungsikan lahan di kecamatan
Samarinda Ulu
di TPA Bukit Pinang seluas 10 hektare, yang berjarak 15 km dari pusat
kota. Tidak kurang dari 1.008 m³ sampah masyarakat dari seluruh penjuru
Samarinda dibuang ke TPA Bukit Pinang.
[10]
Pemilihan umum kepala daerah
Pilkada Samarinda
Sejak reformasi 1998 dan pemberlakuan otonomi daerah, Kota Samarinda
pertama kali menggelar pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala
daerah pada tahun 2005 dan terpilih pasangan
Achmad Amins sebagai wali kota dan
Syaharie Jaang sebagai wakil wali kota Samarinda. Sebelumnya, pasangan ini juga menjabat sebagai wali kota dan wakil wali kota pada tahun
2000 atas sidang DPRD Samarinda.
Pada tahun
2010, pemilu kada Kota Samarinda kembali digelar dan pencoblosan dilaksanakan pada tanggal
12 Oktober 2010[11] dengan 1.445 TPS di 53 kelurahan di Samarinda yang diperuntukkan bagi 509.069 pemilih yang terdaftar dalam DPT.
[12]
Adapun pasangan yang mengikuti Pilkada Samarinda 2010 adalah sebagai berikut:
No. |
Nama pasangan |
Usungan |
Perolehan suara[13] |
1 |
Ridwan Asmaran–Nasir Waladi (Risna) |
Independen dengan 30.927 surat dukungan |
3.545 suara (1,17%) |
2 |
Syaharie Jaang–Nusyirwan Ismail (Jaa'nur) |
Partai Demokrat, PKS, PPP, Pelopor dan PBR |
145.611 suara (47,86%) |
3 |
Iriansyah Busra–Ahmad Faidilham Djafar (Irfa-Busra) |
Independen dengan 31.819 surat dukungan |
4.486 suara {1,47%) |
4 |
Ipong Muchlissoni–Edy Kurniawan |
PDIP, PAN, dan Hanura |
73.355 suara (24,11%) |
5 |
Andi Harun–Damanhuri (Adham) |
Partai Golkar, Partai Patriot, PDK serta Gerindra |
57.979 suara {19,06%) |
6 |
Sutrisno–Yulianus Kenock Sumual |
Independen dengan 30.982 surat dukungan |
11.992 suara (3,94%) |
7 |
Dani Firnanda–Ridwan Effendi |
Independen dengan 32.630 surat dukungan |
7.229 suara (2,40%) |
Berdasarkan hasil Rapat Pleno Terbuka Rekapitulasi Penghitungan Suara KPUD Samarinda pada tanggal
16 Oktober 2010, maka pasangan Syaharie Jaang–Nusyirwan Ismail ditetapkan sebagai pemenang pemilu kada Kota Samarinda tahun 2010.
Syaharie Jaang–
Nusyirwan Ismail dilantik sebagai wali kota dan wakil wali kota Samarinda pada tanggal
23 November 2010 di Gedung Serbaguna
Stadion Madya Sempaja oleh
Gubernur Kalimantan Timur Awang Faroek Ishak.
[14]
Maskot
Pesut Mahakam adalah maskot
kota Samarinda. Namun saat ini Pesut Mahakam tidak terlihat lagi di sepanjang
sungai Mahakam kota Samarinda.
Pesut Mahakam terdesak oleh kemajuan kota dan pindah ke hulu sungai.
Populasi Pesut Mahakam semakin menurun dari tahun ke tahun. Bahkan
menurut sebuah penelitian, Pesut Mahakam sekarang tinggal 50 ekor. Jika
tidak dilakukan antisipasi dan pelestarian, maka dalam waktu beberapa
tahun saja Pesut Mahakam akan punah, menyusul
pesut dari
Sungai Irrawaddy dan Sungai
Mekong yang sudah terlebih dahulu punah dan Pesut Mahakam adalah pesut air tawar terakhir yang hidup di
planet bumi.
Pariwisata
Kota Samarinda memiliki beberapa objek wisata yang menjadi andalan dan sering dikunjungi wisatawan lokal.
Wisata alam
Objek wisata alam yang ada di Samarinda antara lain
Air terjun Tanah Merah,
Air terjun Berambai, Air terjun Pinang Seribu dan Kebun Raya Unmul
Samarinda yang terdapat atraksi danau alam, kebun binatang dan panggung
hiburan. Juga terdapat penangkaran buaya di
Makroman yang berjarak sekitar 10 km ke arah timur dari pusat kota.
Wisata budaya
Untuk menikmati wisata budaya, wisatawan bisa mengunjungi
Desa Budaya Pampang yang berjarak sekitar 20 km dari pusat kota. Pampang akan menampilkan atraksi budayanya dari
suku Dayak Kenyah pada hari minggu.
[15]
Produk budaya dari Samarinda berupa ukir-ukiran dan pernak-pernik lainnya yang bisa didapatkan di
Citra Niaga. Samarinda juga mempunyai produk tekstil yang bernama
Sarung Samarinda dan Batik Ampiek, batik yang bermotif ukiran Dayak.
Wisata religi
Beberapa tempat ibadah juga menjadi wisata religi di Samarinda seperti
Masjid Shiratal Mustaqiem, masjid tertua di Samarinda dan
Masjid Islamic Center Samarinda.
Objek wisata ziarah di kota ini adalah Makam La Mohang Daeng Mangkona,
pendiri Kota Samarinda. Sekitar 10 km ke arah barat kota Samarinda,
terdapat goa Maria di Rumah Retret Bukit Rahmat, Loa Janan.
-
-
-
-
Vihara Eka Dharma Manggala
-
Pusat perbelanjaan
Plaza dan Mal
Pusat perbelanjaan modern yang ada di kota ini antara lain:
- Mal Mesra Indah, yang merupakan mal pertama di kota Samarinda.
- Mal Lembuswana,
mal ini terletak di pusat kota Samarinda. Mal ini merupakan mal terluas
di Samarinda yang ditandai dengan adanya parkir yang cukup memadai.
- Samarinda Central Plaza, merupakan mal ketiga yang dibangun di kota Samarinda sekitar tahun 1998. Mal ini terletak di Jl.Pulau Irian.
- Plaza Mulia, merupakan mal keempat yang dibangun dan dibuka pada pertengahan September 2009. Mal ini berlokasi di Jl.Bhayangkara.
- Samarinda Square (SS), mal kelima di Samarinda dan telah dibuka pada 12 Agustus 2010. Mal ini berlokasi di Jl.Muhammad Yamin, Gunung Kelua
Pusat perbelanjaan modern yang sedang dibangun adalah:
Samarinda Global City berlokasi di dekat
Jembatan Mahakam
Pertokoan
Pusat pertokoan yang ada di kota ini antara lain:
- Citra Niaga yang merupakan taman hiburan rakyat pertama yang berdiri di kota Samarinda, Citra Niaga memenangkan Penghargaan Aga Khan untuk Arsitektur
karena rancangannya yang menyatukan antara fungsi untuk menampung
pedagang kaki-lima (makanan, kerajinan, dll) dengan konsep terbuka serta
pedagang menengah dengan konsep ruko yang saling mendukung.
Bersama-sama dengan pemerintah daerah dan konsultan penggabungan ini
berhasil dalam mendatangkan pengunjung dan konsep pemeliharaan
lingkungan yang mandiri.[16]
- Mahakam Square
Pasar
Bagian depan Pasar Pagi di Jalan Jenderal Sudirman.
Berbagai pasar tradisional juga masih ada yang bertahan di kota Samarinda hingga saat ini, di antaranya adalah:
- Pasar Pagi, merupakan pasar tertua di Kota Samarinda. Pasar ini
awalnya dibangun di pinggir sungai Mahakam. Namun seiring dengan
perkembangan kota, maka pasar dipindahkan agak menjauh dari tepi sungai
karena tepi sungai dibuat jalan.
- Pasar Segiri, merupakan pasar terbesar/pasar induk di kota
Samarinda. Pasar Segiri mengalami kebakaran pada tahun 2009 dan sedang
dibangun kembali dengan konsep pasar tradisional yang modern.
- Pasar Rahmat, terletak di Jl. Lambung Mangkurat, Pelita.
- Pasar Kedondong, terletak di Jl. Ulin, Karang Asam Ilir.
- Pasar Kemuning, terletak di Loa Bakung.
- Pasar Sei Dama, terletak di Jl. Otto Iskandardinata.
- Pasar Harapan Baru, terletak di Jl. Kurnia Makmur, Harapan Baru.
Pasar ini pernah terbakar hebat pada tahun 2003 sehingga seluruh pasar
dan sebagian rumah warga hangus. Pasar ini kembali dibangun beberapa
bulan kemudian dan Jl. Kurnia Makmur dibuat menjadi dua jalur untuk
mencegah kebakaran lagi yang meluas karena sebelumnya Jl. Kurnia Makmur
terbilang sempit sehingga api yang berada di pasar sebelah kiri pasar
dapat menyambar ke bagian pasar sebelah kanan.
- Palaran Trade Centre (PTC), pasar dengan konsep modern pertama di Samarinda. Pasar ini diresmikan pada tanggal 15 Mei 2010.[17]
Transportasi
Air
Jembatan Mahakam dipotret dari atas kota.
Sebagai kota yang dibelah
Sungai Mahakam, Samarinda memiliki transportasi air tradisional sejak dahulu, yakni
Tambangan dan
Ketinting. Tambangan biasa digunakan sebagai alat transportasi menyeberang sungai dari daerah
Samarinda Seberang ke kawasan
Pasar Pagi.
Ketinting menjadi moda transportasi sungai utama untuk menyeberangi
sungai maupun menuju wilayah tertentu yang hanya bisa dinaiki oleh
manusia dan barang. Sedangkan untuk mengangkut kendaraan, kapal feri
sempat beroperasi menyeberangi sungai dari pelabuhan
Harapan Baru,
Samarinda Seberang ke pelabuhan Samarinda Kota. Namun, sejak pembangunan dan beroperasinya
Jembatan Mahakam pada tahun
1987,
tambangan dan ketinting mulai berkurang penumpangnya meski tak
signifikan. Tetapi, yang paling merasakan kerugian adalah kapal feri
hingga akhirnya pelayaran ditutup.
Sejak didirikannya transportasi utama Samarinda melalui Sungai Mahakam yang membelahnya di tengah-tengah, pada tahun
1987
baru dibangun Jembatan Mahakam yang menghubungkan Samarinda kota dengan
Samarinda Seberang. Selain itu sudah dibangun dan diresmikan pada 2009
Jembatan Mahakam Ulu dan
Jembatan Mahkota II (dalam tahap konstruksi).
Terdapat pelabuhan peti kemas yang berada di Jalan Yos Sudarso dan sekarang sedang dibangun pelabuhan baru yang terletak di
kecamatan Palaran untuk menggantikan pelabuhan yang sekarang sudah tidak sesuai dengan kondisi kota. Pada tanggal
26 Mei 2010, pelabuhan baru tersebut selesai dibangun dan diresmikan dengan nama TPK Palaran dan saat ini dalam tahap uji coba.
Darat
Terdapat jalan darat yang menghubungkan kota Samarinda dengan
Balikpapan ke selatan, kemudian
Bontang dan
Sangatta ke utara, jalan baru ke
Tenggarong di arah barat laut serta ke
Sanga-Sanga, Kutai Kartanegara melalui jalan tenggara yang tembus sampai ke
Muara Jawa,
Samboja dan
Balikpapan.
Terdapat 3 terminal perhubungan darat yang menghubungkan kota Samarinda dengan daerah-daerah lain di Kalimantan, antara lain
Terminal Sungai Kunjang,
Terminal Lempake dan
Terminal Samarinda Seberang.
Saat ini sedang dibangun jalan bebas hambatan sejenis jalan tol, yaitu
freeway yang menghubungkan Samarinda dengan Balikpapan dengan waktu tempuh 1 jam.
Udara
Bandar Udara Temindung (kode
SRI) merupakan bandar udara yang menghubungkan Samarinda dengan kota-kota di pedalaman serta
Balikpapan. Saat ini sedang dibangun
Bandar Udara Sungai Siring yang nantinya dapat didarati oleh pesawat yang lebih besar.
Media massa
Stasiun TVRI Kalimantan Timur.
Televisi
Stasiun televisi yang mengudara di Kota Samarinda antara lain 9 stasiun televisi nasional (kecuali
Indosiar, dan
antv), sedangkan untuk stasiun televisi lokal yang eksis adalah TVRI Kaltim,
Kaltim TV, dan Tepian Tv (berlangganan).
Surat kabar
Surat kabar yang beredar di kota ini adalah
Kaltim Post,
Tribun Kaltim,
KoranKaltim,
Pos Kota Kaltim dan
Swara Kaltim yang juga terdapat di seluruh kabupaten/kota di Kalimantan Timur, sedangkan surat kabar lokal di Samarinda adalah
Samarinda Pos yang juga dapat dijangkau hingga
Berau.
Olahraga
Kota Samarinda mempunyai fasilitas pendukung untuk kegiatan olahraga,
antara lain lapangan basket, panah, sepak bola, dan panjat tebing di
Tepian Mahakam serta kompleks stadion di
Sempaja,
Segiri dan
Palaran.
Lapangan-lapangan umum di berbagai penjuru kota juga sering dijadikan
tempat aktivitas berolahraga, di antaranya yang terbesar adalah lapangan
Pemuda dan lapangan Kinabalu.
Klub olahraga sepak bola yang bermarkas di Samarinda adalah
Persisam Putra Samarinda dengan pendukungnya yang dijuluki
Pusamania dan saat ini mengikuti
Liga Super Indonesia.
Samarinda pernah dipercaya sebagai tuan rumah kegiatan olahraga, baik dari skala nasional maupun internasional, antara lain:
- Indonesia Open 1990, kejuaraan bulu tangkis yang diadakan dari tanggal 18 dengan tanggal 22 Juli 1990 di GOR Segiri
- Pekan Olahraga Nasional XVII yang dibuka oleh Presiden SBY pada 5 Juli 2008 dan ditutup oleh Wapres Jusuf Kalla di Stadion Utama Palaran
- Samarinda International Nine Ball Billiard Championship 2010 pada 29 Januari hingga 4 Februari 2010 di GOR Segiri[18]
- Bankaltim Indonesia Open Grand Prix Gold Badminton Championship, yang diselenggarakan di komplek Stadion Utama Palaran pada tanggal 12 sampai 17 Oktober 2010[19]